Kita selalu berhutang banyak cinta kepada anak-anak. Tidak jarang, kita memarahi mereka saat kita lelah.
Kita membentak mereka padahal mereka belum benar-benar paham kesalahan yang mereka lakukan.
Kita membuat mereka menangis karena kita ingin lebih dimengerti dan didengarkan.
Kita selalu berhutang banyak kebahagiaan untuk anak-anak kita.
Kita bilang kita bekerja keras demi kebahagiaan mereka, tetapi kenyataannya merekalah yang justru membahagiakan kita dalam lelah di sisa waktu dan tenaga kita.
Kita merasa bahwa kita bisa menghibur kesedihan mereka atau menghapus air mata dari pipi-pipi kecil mereka, tetapi sebenarnya kitalah yang selalu mereka bahagiakan...
Merekalah yang selalu berhasil membuang kesedihan kita, melapangkan kepenatan kita, menghapus air mata kita.
Tentang anak-anak, sesungguhnya merekalah yang selalu lebih dewasa dan bijaksana daripada kita. Merekalah yang selalu mengajari dan membimbing kita menjadi manusia yang lebih baik setiap harinya.
Seburuk apapun kita sebagai orangtua, mereka selalu siap kapan saja untuk menjadi anak-anak terbaik yang pernah kita punya.
Kita selalu berhutang kepada anak-anak kita... Anak-anak yang setiap hari menjadi korban dari betapa buruknya cara kita mengelola emosi.
Anak-anak yang terbakar residu ketidakbecusan kita saat mencoba menjadi manusia dewasa, seperti yang dikutip dari muslimfamilia.com.
Apa tidak miris dengan apa yang di ceritakan dari pengalaman wanit ini, "Ya alloh anak skecil itu ud ngerti yaa.."
astagfirullah... mau jadi apa bangsa ini di masa depan..
sepulang tugas dari TK td saya beberes rumah dan masak yg emank udh di tinggalin dr pagi.
selesai masak dan nyupir(nyuci piring) saya nyapu lantai pas lg di teras rumah ada anak SD di samping rumah, gak tau kelas berapa tp kynya antara kelas 4-6 deh, mereka kabur pas ngeliat saya..
(dalam hati aneh " kok itu bocah pada lari emank pd ngapain sih) n setelah saya inget2 emank bukan se x /2x mereka rame2 di situ terus kabur di saat org dtg.
selesai nyapu dan ngepel ceritanya haus lah yah..
kedapur lah saya mau ngambil gelas kebetulan juga di dapur ada jendela yg letak nya pas di belakang rak piring,
saya ngeliat itu anak duduk di bawah dengan kaki di panjangin n di buka bentuk segitiga (nanya lagi dalem hati " lah itu bocah ngapa duduk di bawah??
itu anak yg duduk di bawah dengan kaki memanjang dan di buka lebar ngebuka resleting celananya n ngeluarin "maaf" (kemaluan nya) n di pengang2 pake tangannya yg udah di basahin pake air,
saya yg ngeliat rasanya campur aduk..
antara geli pengen ketawa ngeliat "BENTUK" nya
dan miris sekaligus sedih ngeliat anak yg masih sekecil itu udh tau2 nya soal ky begituan, n di praktekin pula.
Sungguh miris apa yang diceritakan pemilik akun facebook Ramadhona Safitri ini, lantas bagaimana sikap kita sebagai orang tua, kurangnya pengawasan kita tentang pergaulan anak atau bahkan dari majunya perkembangan teknologi yang memudahkan aksesnya informasi hingga di salah artikan oleh anak-anak.
Maka dekaplah anak-anakmu, tataplah mata mereka dengan kasih sayang dan penyesalan, katakan kepada mereka, "Maafkan untuk hutang-hutang yang belum terbayarkan...
Maafkan jika semua hutang ini telah membuat Tuhan tak berkenan. Maafkan karena hanya pemaafan dan kebahagiaan kalianlah yang bisa membuat hidup ayah dan ibu lebih baik dari sebelumnya... Lebih baik dari sebelumnya."
semoga bermanfaat untuk para orang tua dan dapat dijadikan pelajaran, amin.