Sang Ayah Direndahkan Calon Menantu Karena Hanya Kuli Bangunan, Namun 1 Kalimat Putrinya Membungkam Mulut Si Pria!

Upah yang didapat dan jenis pekerjaan yang kita lakoni seringkali jadi sorotan orang lain. Pekerjaan yang bergaji tinggi dan berpakaian rapi dianggap lebih terpandang dibanding dengan pekerjaan seperti buruh atau tukang.


Di kisah kali ini, ada seorang wanita yang ayahnya bekerja sebagai buruh bangunan, menceritakan saat-saat dia pernah menyakiti papanya dengan kata-kata yang dia ucapkan, tapi berubah setelah dewasa.

Dia berkata waktu kecil dulu dia sering dititipkan di rumah tantenya karena papa dan mamanya harus bekerja cukup lama. Suatu hari saat papanya menjemput dia di toko, dia yang waktu itu masih sangat kecil berkata tanpa berpikir, "Ah papa kotor, bau, nggak mau ah digendong papa." Wanita ini tidak pernah tahu kalau kata-kata itu menyakiti papanya, sampai dia dewasa. Satu hal yang dia tahu, dia melihat papanya agak sedih setelah mendengar kata-kata itu.

Akhirnya setelah beranjak dewasa, wanita ini kemudian semakin cerdas, semakin mengerti banyak hal, dan tahu kalau apa yang dia lakukan saat kecil dulu sempat melukai hati papanya. Akhirnya tidak jarang wanita ini menemani papanya pergi ke tempat kerjanya, makan malam dengan papanya, bahkan memeluk papanya yang berkeringat saat dia pulang kerja. Dia hanya berharap perbuatannya ini bisa menghapus kesalahannya di masa lalu dan memberitahu papanya kalau dia sayang padanya.

Wanita ini juga bercerita kalau pacarnya pernah mengejek papanya karena pekerjaan yang dijalaninya kotor dan rendahan. Setelah mendengar celotehan pacarnya, wanita ini memarahinya, "Walaupun aku nggak tahu pekerjaan yang "bersih" dan elegan itu kayak gimana, walaupun aku nggak tahu kehidupan dengan gaji tinggi itu seperti apa, tapi kalau dibandingkan dari kotornya baju dan banyaknya keringat dan darah yang dikeluarkan demi keluarga, tampaknya pekerjaan yang paling mulia itu petani dan buruh."

Untuk hal pernikahan, dia berkata, "Kenapa aku harus menerima cowok yang nggak bisa menerima pekerjaan papaku?" Dia mengaku, kesalahan yang dia buat di masa lalu sangat melukai papanya. Tapi setelah dewasa, dia berjanji tidak akan melakukan kesalahan yang sama. "Aku sadar, kesalahanku yang dulu sangat besar, dan aku mengakui, perubahan sifatku sampai hari ini sudah menyelamatkan keluargaku dan memberi semangat yang baru untuk papaku."

Wanita ini baru tahu betapa sulitnya papanya ini bekerja. Semua pengeluaran dari biaya sekolah, makan, pakaian, dan lainnya semua ditukarkan dengan peluh dan darah papanya. Tidak sedikit luka yang ada di tangan dan tubuh papanya. Tidak sedikit debu-debu yang menempel dan keringat yang dikeluarkan demi keluarganya, tapi papanya ini tidak pernah mengeluh, dia terus bekerja sekuat tenaga demi memenuhi kebutuhan keluarga, demi anaknya bisa sekolah dan punya kehidupan yang lebih baik.

Setiap kali dia mendengar berita kecelakaan, papanya selalu menjadi orang pertama yang menerima telefon dari wanita ini. Dia takut kalau-kalau suatu hari nanti bukan lagi suara papanya yang terdengar di ujung telefon, tapi suara seseorang yang memberikan kabar buruk.

Dia bahkan berkata pada orang-orang yang selama ini selalu mengejek buruh, "Mereka tidak kotor, yang kotor itu mulut dan hati kalian!"

Demi menghidupi keluarga, para buruh, petani, dan pekerja-pekerja lain yang selama ini kita anggap kotor menukarkan peluh dan darah mereka dengan uang. Mereka menukarkan tenaga dan tubuh mereka dengan makanan yang dimakan oleh keluarga mereka, sekolah yang dijalani oleh anak-anak mereka, dan pengobatan yang diterima oleh keluarga mereka. Mereka juga adalah orang-orang yang berjasa. Bahkan tanpa mereka, kita tidak bisa menikmati apa yang kita nikmati sekarang ini. Mereka bukanlah orang yang boleh direndahkan, mereka adalah pahlawan dari dunia ini!

sumber:cerpen.co.id