Pada akhir jaman dinasti Qing, ada seorang pria asal Guizhou yang dihukum mati karena melakukan tindakan kriminal di provinsi Sichuan, hukuman yang dijatuhkan padanya adalah hukum pancung. Pria ini punya seorang teman yang pekerjaannya adalah algojo, dan kebetulan temannya yang dipilih untuk melakukan hukum pancung padanya.
Semalam sebelum hari penghukuman, ia memohon kepada temannya sang algojo itu : "Kamu sahabat terdekatku, besok aku sudah mau dihukum pancung, kamu harus menolongku,"pintanya. Si algojo menjawab dengan penuh kebingungan : "Kamu dihukum mati, bagaimana aku bisa menolongmu? Apalagi besok sudah akan dipancung. bagaimana caranya? Atau begini saja, besok akan kubantu kamu di tempat eksekusi."Kawannya ini sangat tak berdaya, terpaksa berbohong untuk menghiburnya.
Tapi kemudian ditanyanya kembali : "Di tempat eksekusi? Kamu sudah akan membunuhku. bagaimana hendak menolongku?"
Dengan tak berdaya, si algojo asal berbohong lagi padanya : "Aku ajari ya, saat aku mengayunkan pedang, aku akan teriak "Pergi!!" saat itulah kamu langsung lari secepat mungkin." Benar-benar tidak ada jalan lain, sehingga ia memilih berbohong begini. Sebenarnya pada saat pedang diayunkan, kepala pasti sudah putus, mana mungkin bisa kabur?
Pria si narapidana ini sudah tidak ada jalan lain, selain mendengar dan menerima apa yang dikatakan kawannya. Pada hari penghukuman, pembicaraan semalam terngiang terus di benaknya, hal ini memberinya rasa percaya diri dan berani. Justru kawannya yang adalah algojo itu yang bersedih..
Saatnya telah tiba, sang narapidana berlutut dan algojo pun bersiap-siap mengayunkan pedang, kemudian pelan-pelan menyenggol kepala kawannya sambil berkata "Siap ya!", kemudian pedang diayunkan dan "Sekarang! Pergi!" lalu kepalanya terjatuh di lantai. Sang narapidana masih ingat jelas apa yang dikatakan oleh temannya semalam, maka ia berlari sekuat tenaga, lari terus tak henti dari Xichuan (sebelah Barat) hingga sampai di Dongchuan (sebelah Timur). Kemudian ia melanjutkan hidupnya disana, menjadi pedagang, menikah dan punya beberapa anak. Hingga suatu hari si algojo kebetulan pergi dinas ke Dongchuan. Ia mampir ke sebuah restoran, ia merasa tak asing dengan pemilik restoran, dan sangat mengejutkan!"Bukankah dia adalah temanku yang dulu kupenggal kepalanya? Sekarang malahan punya istri dan anak?" pikirnya dalam hati.
Saat ia melihatnya, ia juga masih ingat jelas bahwa tamu ini tak lain adalah sahabatnya yang dulu menyelamatkan nyawanya, tanpa pikir panjang ia langsung mempersilahkannya masuk ke dalam, dan berlutut berterimakasih padanya : "Terimakasih atas pertolonganmu, hingga aku bisa berkeluarga, punya toko, punya bisnis sendiri, kamu adalah penyelamatku!" Hal ini membuat sang algojo kebingungan setengah mati. jelas-jelas kepalanya sudah terpenggal, bahkan jasadnya pun sudah dikubur, sungguh gak habis pikir ada apa ini? Dia juga tidak berani memberitahu bahwa kepalamu sudah kupenggal!
Dengan membawa perasaan yang penuh keheranan, si algojo pulang ke ibukota dan menceritakan hal ini ke kawannya, lalu pergi ke makam dimana jasad itu dikubur untuk mengeceknya. Dan memang benar, bahkan tulangnya pun sudah mengeropos, aih... benar-benar hal yang aneh! Kisah ini akhirnya tersebar dari orang per orang, hingga akhirnya sampai di telinga si narapidana yang dipenggal itu. Ia hanya bisa tercengang mendengarnya. Dia baru tahu bahwa sebenarnya dia sudah benar-benar mati pada saat itu. Dan tiba-tiba ia meleleh lalu berubah menjadi genangan darah.
Sobat cerpen, merinding gak? Mimin kog merinding ya! Entah ini kenyataan atau hanya fiksi ya? Who knows? Pokoknya seremmmm banget deh. Yuk dishare, supaya teman-temanmu juga ikut tahu kisah ini.
Sumber : http://www.cerpen.co.id/post_138532.html