Beberapa orang dibesarkan dengan pemikiran gaji laki-laki harus lebih besar dibandingkan perempuan saat menikah, namun pada kenyataannya seringkali berbanding terbalik. Di jaman yang serba modern ini tak sedikit wanita yang berpenghasilan jauh lebih banyak daripada suami mereka.
Bagi beberapa rumah tangga, hal ini bisa jadi masalah yang cukup pelik dan bahkan buruknya berakhir di meja perceraian. Namun, sungguh berbeda dengan sosok yang satu ini.
Dilansir dari vemale.com adalah Fahd Pahdepie yang awalnya punya penghasilan lebih rendah dari sang istri. Namun, keduanya mampu bekerja sama dan akhirnya hal yang manis pun berhasil didapatkan dalam rumah tangganya.
Dua tahun setelah menikah, saya dan istri mendapatkan rejeki cukup untuk membeli sebuah rumah. Waktu itu kami tak dapat membeli rumah tersebut secara tunai. Tapi, agar tak mengontrak lagi, kami putuskan untuk mencicilnya.
Dulu saya hanya seorang pegawai dengan gaji pas-pasan, sementara uang muka yang perlu dibayarkan untuk rumah pertama kami cukup besar. Di sisi lain, saat itu istri saya punya uang lebih. Ia baru saja mengerjakan sebuah proyek desain interior yang cukup besar dan mendapatkan bonus yang lumayan. Setelah berdiskusi, kami membayar uang muka rumah dengan hampir 70%-nya berasal dari uang Rizqa.
Sebagai seorang laki-laki yang dibesarkan dengan tradisi "penghasilan suami harus lebih besar dari penghasilan istri" dan "suami harus menyediakan semuanya untuk keluarga", pada awalnya saya malu. Saya merasa menjadi suami yang tidak mampu.
Tapi istri saya selalu meyakinkan bahwa tak penting penghasilan siapa yang lebih besar, yang penting kita punya visi yang sama untuk kebahagiaan bersama. Waktu itu saya hanya terdiam.
Tapi saya berpikir, toh saya masih bisa "menyediakan" hal lainnya. Saya masih bisa membantu
Rizqa di rumah. Sejak saat itu saya tak keberatan kalau harus bangun lebih dulu,
membangunkannya, menyiapkan keperluannya, mengantarnya, membantu pekerjaan rumah, dan seterusnya.
Saya masih bisa mengerjakan hal yang berguna dan membahagiakan untuk keluarga yang kami bangun. Mudah-mudahan itu bisa mengkompensasi rasa tidak mampu saya.
Rizqa terus mendorong dan mendoakan saya dalam semua yang saya kerjakan. Sampai pada satu titik ia merasa harus berhenti bekerja demi anak-anak, di titik itu pula karir saya terus membaik.
Yang juga berimplikasi pada kemampuan finansial kami yang terus membaik pula. Jika kini saya bisa menyediakan semuanya untuk keluarga, saya selalu merasa bahwa semua itu bukan prestasi saya sendiri. Mungkin saya termotivasi oleh istri saya... Dan semua ini tentu berkat dorongan dan doa-doanya juga.
Enam tahun setelah menikah, tahun 2016 lalu, kami membeli rumah kedua. Sekarang boleh dibilang semuanya dari saya. Setelah melakukan transaksi, Rizqa tersenyum menerima semua dokumen yang saya buat atas namanya. Kemudian ia berkata sambil berbisik kepada saya, "Aku bisa mengerjakan sisanya, merawat rumah ini dan membuatnya jadi lebih bernyawa," katanya.
Menurut saya, tak ada kompetisi dalam hubungan suami istri. Sebab kita berada di tim yang sama, tidak sedang berlomba.
Nah Ladies, bersyukurlah jika memang gaji suami lebih tinggi dari penghasilanmu. Namun, jika memang kamu harus menghadapi permasalahan yang sering terjadi di jaman yang semakin modern ini ada baiknya mengambil pelajaran dari apa yang dilakukan oleh Fahd ini. Semoga menginspirasi ya.
Sumber: http://www.wajibbaca.com/2017/03/ternyata-yang-membuat-rizqi-seorang.html