Meski ibadah puasa umat Islam di Bulan Ramadhan telah memenuhi syarat dan rukunnya, namun hal tersebut belum tentu diterima oleh Allah. Karena, menurut Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Cholil Nafis , agar puasa diterima Allah membutuhkan suatu keikhlasan.
Tanda-Tanda Puasa Kita Diterima Allah
“Tentunya untuk mengukur apakah puasa kita diterima atau tidak diterima oleh Allah, meskipun barangkali syarat dan rukunnya sudah terpenuhi sehingga disebut sah, tapi untuk diterimanya itu butuh keikhlasan,” ujarnya, Kamis (22/6).
Kiai Cholil mengungkapkan, untuk mengetahui apakah ibadah puasa kita diterima atau tidak oleh Allah, maka indikatornya adalah tetap istiqamah menjalan kebiasaan baik selama Bulan Ramadhan. Jika bisa sanggup melaksanakan ibadah baik tersebut, berarti ibadahnya telah diterima oleh Allah.
“Tanda-tanda puasa kita diterima maka kita harus istiqamah, konsisten dengan kebiasaan pada Bulan Ramadhan. Artinya, setelah Bulan Ramadhan, sebelas bulan berikutnya kebiasaan itu kita teruskan,” terangnya.
Dengan demikian, kata dia, kondisi umat Islam setelah Ramadhan akan menjadi lebih baik dibandingkan sebelum Ramadhan. Selain itu, Kiai Cholis juga mengingatkan, agar umat Islam tak lupa memberikan buah tangan kepada setiap saudara yang dicintai dalam momentum lebaran.
Karena, menurut dia, pemberian itu merupakan bentuk cinta terhadap sesama umat Islam, sesama kerabat, dan orang-orang terdekat.
“Itu adalah tanda-tandanya ibadah kita diterima oleh Allah SWT. Ketika seusai ibadah, kehidupan, prinsip, lalu prilaku, keimanan kita bertambah baik dan tambah mendekatkan diri kepada Allah SWT,” pungkas Kiai Cholil.