Awalnya Ngeles, Kini Afi Nihaya Faradisa Mengaku Plagiat, Akhirnya Nasibnya Begini deh…

SETELAH Lama memilih diam dari pembullyan dan tuduhan plagiat, akhirnya Afi Nihaya Faradisa mengaku melakukan plagiat atau menciplak tulisan dari akun Mita Handayani. Hal ini Ia utarakan lewat tulisannya di facebook sesaat lalu. Sabtu, (4/6).



“Apakah aku pernah melakukan plagiasi? Ya. Kita semua pernah. Siapa yang tidak pernah melakukannya? Mulai dari tugas sekolah sejak SD, makalah kuliah, ujian, sampai caption foto di media sosial. Kalaupun kita mengklaim punya hak cipta atas suatu gagasan yang brilian, maka gagasan tersebut tetaplah akumulasi dari segala hal yang berhasil kita serap sehari-hari.
Tak ada gagasan yang benar-benar murni, asli.” tulis Remaja 18 tahun itu.

Meskipun telah mengakui hal itu, namun tulisan Afi dinilai netizen sebagai pengalihan isu seolah dirinya mencari simpatisan dari sejumlah tuduhan kepada dirinya. Sebab menurut netizen, plagiat adalah tindakan yang memalukan.

Alhasil, Afi Nihaya dihujani nasehat bahkan kembali  dibully. Baca Juga: Mita Handayani Akhirnya Mengaku Itu Tulisannya, Afi Nihaya Ternyata Copy Paste


Seperti akun atas nama Ahmad Yulden Erwin ini menulis,”Kalau kamu melakukan plagiasi (coba cari definisinya di kamus), maka kamu harus minta maaf kepada publik dan penulisnya, bukannya malah melakukan sesat pikir (logical fallacy) misericordiam atau sesat pikir yang mencoba menarik dukungan publik dengan mengeksploitasi rasa kasihan seperti di atas. Di dalam dunia kepenulisan yang namanya plagiasi (mesti dibedakan dari menggunakan kutipan atau memodifikasi) sangat “diharamkan”. Plagiasi mematikan kreativitas dan menghinakan kemampuan berpikirmu sendiri.” katanya. 

“Yang dilakukan oleh Afi Nihaya ini adalah satu contoh yang buruk bagi generasi muda dan dunia penulisan di Indonesia, karena ia melakukan tindakan plagiasi dan tampaknya ia tidak merasa bersalah akan hal itu. Itu tidak bisa dibenarkan.” tambah Ahmad Yulden Erwin.

“Model begini sudah lagu lama, Dek. Lebih memperlihatkan sisi yang membuat iba khalayak ramai, agar kemudian kesalahannya ditoleransi, diberi pemakluman, walau jelas kesalahan. Semoga kita tidak termasuk orang-orang yang mengemis pemakluman atas kesalahan yang kita buat.” kata akunDwi Tufail.

Sebelumnya Afi sempat membantah dirinya melakukan plagiat. Bantahan itu ia katakan pada saat wawancara eksklusif di salah satu TV swasta sesaat sebelum dirinya diundang ke Istana memperingati hari lahir pancasila beberapa hari lalu.

“Tidak” kata Afi singkat pada saat itu. Bahkan Ia mengakui jika tulisan itu merupakan buah pemikirannya yang ditulis pada tahun 2012 lalu. Netizen pun kembali menanyakan pernyataan Afi itu.

“Kenapa boong waktu live kemarin, Fi? Saya WA saja kamu nggak balas, Fi. Kamu sudah diperingatkan beberapa orang untuk minta maaf sebelum dibuka ke publik, tapi kamu memblokirnya. Itu yang saya sesalkan sebenarnya kenapa saya ambil langkah demikian.” Yah, semoga kamu berubah, Fi. Saya baru tahu ternyata meminta maaf dengan tulus itu sulit. Maafkan saya, Fi, karena yang saya tulis benar. Jangan berhenti belajar ya.” Kesal akun Pringadi Abdi. (dal/fajar)

Berikut pengakuan lengkap Afi Nihaya Faradisa. 

“Ayah tahu kamu hanya berusaha untuk melakukan banyak hal pada orang lain, seperti nama yang ayah berikan padamu: inayah”, begitulah ayahku memulai percakapan kemarin.
“Tapi jika kamu malah menerima ‘kehancuran’ sebagai balasan atas semua hal yang selama ini sudah kamu lakukan, maka berhentilah. Biarkan saja. Apa yang bisa kamu harapkan lagi ketika ketulusan dan kepedulianmu ramai-ramai diludahi?”
.
Seketika tangisku pecah.
Aku sendiri tahan dibully dan dicaci maki, tapi ketika orangtuaku mengetahuinya, mereka adalah orang pertama yang paling terluka.
Seperti ayahku, mungkin aku juga sama seandainya aku sudah jadi seorang ibu. Kurasa semua orang tua juga begitu. Maka, aku bersumpah takkan melakukan sesuatu pada anak orang lain jika aku sendiri tidak mau hal itu terjadi pada anakku.
.
Hanya orangtuaku, hanya mereka lah yang tetap menyayangiku entah aku menulis atau tidak, entah aku pintar atau bodoh, entah aku sempurna atau cacat.
Aku tahan jika pun diserang habis-habisan, tapi aku tak tahan melihat orangtuaku bersedih karena hal itu. Maka, aku sempat menutup akun ini selama sehari.
.
Apakah aku pernah melakukan plagiasi? Ya.
Kita semua pernah. Siapa yang tidak pernah melakukannya? Mulai dari tugas sekolah sejak SD, makalah kuliah, ujian, sampai caption foto di media sosial. Kalaupun kita mengklaim punya hak cipta atas suatu gagasan yang brilian, maka gagasan tersebut tetaplah akumulasi dari segala hal yang berhasil kita serap sehari-hari.
Tak ada gagasan yang benar-benar murni, asli.
.
Kebetulan saja hanya aku yang tersorot, karena WARISAN sangat viral. Media serta orang-orang yang bahkan tidak pernah mengenalku sama sekali secara tiba-tiba memuji dan memaki, mengagumi dan membenci.
Mereka mulai menelisik segala hal tentang gadis 18 tahun ini, mencari dengan sedetil-detilnya apa yang ada di sana.
Aku tahu, terhadap WARISAN, begitu banyak orang yang tidak sepaham. Akunku sempat mati karena dilaporkan massal, pemiliknya pun diancam akan dimatikan.
Akhirnya sekarang mereka menemukan amunisi yang tepat untuk melampiaskan kebencian, untuk menghujamku dalam-dalam.
.
Tanpa mengesampingkan apa-apa, SATU kelemahan yang tidak menyakiti siapapun kemudian menjadi masalah besar yang lebih penting untuk diurusi daripada memperbaiki hidup mereka sendiri.
.
Tapi, terlepas dari semuanya, Afi tetaplah Afi, anak yang sudah menulis diary sejak SD, menulis artikel dan berbicara di depan publik sejak SMP, dan tidak hanya suka membaca buku-buku pelajaran saja.
Aku bisa kehilangan apapun, tapi aku tidak akan pernah kehilangan diriku.
.
Orang-orang yang mengikuti akunku sejak lama pasti tahu, aku hanya mencoba melakukan segala hal yang bisa kulakukan untuk berkontribusi bagi negara ini.
Melalui pena dan sosial media, aku hanya berharap bisa memberikan manfaat bagi pembaca, bagi Anda semua.
.
I’m sorry, I’m not perfect.
And I will never be.