Dia melanjutkan, pengujian yang dilakukan lembaganya menemukan tahu
sebagai jenis makanan yang paling sering mengandung formalin. Tahu,
katanya, merupakan jenis makanan yang cepat membusuk sehingga perlu
ditambahi pengawet buatan. Setelah tahu, Balai Besar POM Jakarta juga
menemukan mi dan bakso sebagai makanan yang kerap diketahui mengandung
formalin.
Dokter forensik sekaligus pengajar dari Universitas Indonesia Djaja Surya Atmadja mengatakan formalin merupakan bahan kimia yang bersifat korosif. Organ tubuh yang terpapar zat ini akan cepat rusak sehingga tidak bisa berfungsi normal. Konsumsi formalin dalam jangka panjang bakal memicu kelainan perkembangbiakan sel. Menurut dia, formalin diketahui bersifat karsinogenik. “Jika dikonsumsi dalam waktu panjang akan menyebabkan kanker,” kata Djaja.
Dia mengatakan, banyak jenis kanker yang bisa dipicu formalin. Di antaranya kanker hidung, kulit, otak, dan usus. Adalah kanker usus yang disebutnya sebagai penyakit yang paling banyak diderita orang yang mengkonsumsi formalin.
Sampel liver manusia yang mengeras setelah terpapar zat pengawet formalin. Liver mengeras akibat reaksi penggumpalan protein oleh formalin.
Djaja menunjukkan efek formalin terhadap organ dengan membawa sampel liver manusia yang telah direndam formalin. Potongan hati seukuran jempol kaki orang dewasa itu berwarna hitam dan keras. Menurut dia, pengerasan itu terjadi karena formalin bereaksi dengan protein yang ada di dalamhati. Reaksi tersebut, katanya, menyebabkan gumpalan protein yang kemudian mengeraskan organ. “Organ-organ yang terpapar formalin akan mengalami kejadian yang sama,” ujarnya.
Menurut Djaja, ilmu kedokteran hingga saat ini belum bisa membalikkan proses penggumpalan protein oleh formalin tersebut. Akibatnya, pengerasan organ tubuh akibat formalin bersifat permanen.
Tertata rapi dalam lemari pendingin, anggur yang dijajakan sebuah pasar swalayan ternama di kawasan Jakarta Selatan menarik perhatian. Kemasan plastik yang membalut buah anggur tersebut seperti menjamin kehigienisan buah impor tersebut.
Tim Liputan6.com membeli sebungkus anggur tersebut. Pasar swalayan membanderol anggur seberat hampir 0,5 kilogram itu seharga Rp 70.000. Kasir swalayan membubuhkan label ‘fresh’ pada bungkus anggur untuk sebagai jaminan kesegaran buah. Belakangan pengujian Balai Besar POM membuktikan anggur tersebut mengandung formalin.
Ilustrasi buah anggur di rak buah-buahan pasar swalayan. (Istimewa)
Dokter forensik sekaligus pengajar dari Universitas Indonesia Djaja Surya Atmadja mengatakan formalin merupakan bahan kimia yang bersifat korosif. Organ tubuh yang terpapar zat ini akan cepat rusak sehingga tidak bisa berfungsi normal. Konsumsi formalin dalam jangka panjang bakal memicu kelainan perkembangbiakan sel. Menurut dia, formalin diketahui bersifat karsinogenik. “Jika dikonsumsi dalam waktu panjang akan menyebabkan kanker,” kata Djaja.
Dia mengatakan, banyak jenis kanker yang bisa dipicu formalin. Di antaranya kanker hidung, kulit, otak, dan usus. Adalah kanker usus yang disebutnya sebagai penyakit yang paling banyak diderita orang yang mengkonsumsi formalin.
Sampel liver manusia yang mengeras setelah terpapar zat pengawet formalin. Liver mengeras akibat reaksi penggumpalan protein oleh formalin.
Djaja menunjukkan efek formalin terhadap organ dengan membawa sampel liver manusia yang telah direndam formalin. Potongan hati seukuran jempol kaki orang dewasa itu berwarna hitam dan keras. Menurut dia, pengerasan itu terjadi karena formalin bereaksi dengan protein yang ada di dalamhati. Reaksi tersebut, katanya, menyebabkan gumpalan protein yang kemudian mengeraskan organ. “Organ-organ yang terpapar formalin akan mengalami kejadian yang sama,” ujarnya.
Menurut Djaja, ilmu kedokteran hingga saat ini belum bisa membalikkan proses penggumpalan protein oleh formalin tersebut. Akibatnya, pengerasan organ tubuh akibat formalin bersifat permanen.
Tertata rapi dalam lemari pendingin, anggur yang dijajakan sebuah pasar swalayan ternama di kawasan Jakarta Selatan menarik perhatian. Kemasan plastik yang membalut buah anggur tersebut seperti menjamin kehigienisan buah impor tersebut.
Tim Liputan6.com membeli sebungkus anggur tersebut. Pasar swalayan membanderol anggur seberat hampir 0,5 kilogram itu seharga Rp 70.000. Kasir swalayan membubuhkan label ‘fresh’ pada bungkus anggur untuk sebagai jaminan kesegaran buah. Belakangan pengujian Balai Besar POM membuktikan anggur tersebut mengandung formalin.
Ilustrasi buah anggur di rak buah-buahan pasar swalayan. (Istimewa)